Senja Menggambar Punggungmu di Jalan yang Sepi
Rp 45.500
Penerbit: PT Binarcita Cipta Pratama
Penulis: Muhammad Aidul Bakri, dkk
Penyunting: Yuli
Tata letak dan desain sampul: Tama
Cetakan pertama, Juni 2025
viii + 58 hlm; 14x20 cm
BSBN: BINAR-11-06-2025-FIC-003
Jilid: Softcover
Penulis: Muhammad Aidul Bakri, dkk
Penyunting: Yuli
Tata letak dan desain sampul: Tama
Cetakan pertama, Juni 2025
viii + 58 hlm; 14x20 cm
BSBN: BINAR-11-06-2025-FIC-003
Jilid: Softcover
Blurb:
Di halaman-halaman ini, puluhan suara mengalir dalam bentuk puisi—tentang ibu yang diam-diam menunggu anaknya pulang, ayah yang memahat harapan dengan keringat, serta jiwa-jiwa muda yang mencoba memahami cinta, kehilangan, dan negara yang tak selalu berpihak.
Buku ini merupakan kumpulan puisi dari penulis lintas generasi. Di dalamnya tersimpan kerinduan yang tertahan, perlawanan yang ditulis pelan, dan luka yang disampaikan dalam bisikan yang puitis. Dari ruang dapur hingga lorong peperangan batin, dari kampung halaman hingga kota yang asing—setiap baitnya adalah napas yang menanti untuk didengar.
Senja Menggambar Punggungmu di Jalan yang Sepi adalah potret kehidupan yang tidak selalu nyaring, tetapi terasa. Sebuah ruang sunyi yang justru penuh gema: tentang menjadi manusia, dengan segala kehilangan, perjuangan, dan cinta yang tak terucapkan.
Di halaman-halaman ini, puluhan suara mengalir dalam bentuk puisi—tentang ibu yang diam-diam menunggu anaknya pulang, ayah yang memahat harapan dengan keringat, serta jiwa-jiwa muda yang mencoba memahami cinta, kehilangan, dan negara yang tak selalu berpihak.
Buku ini merupakan kumpulan puisi dari penulis lintas generasi. Di dalamnya tersimpan kerinduan yang tertahan, perlawanan yang ditulis pelan, dan luka yang disampaikan dalam bisikan yang puitis. Dari ruang dapur hingga lorong peperangan batin, dari kampung halaman hingga kota yang asing—setiap baitnya adalah napas yang menanti untuk didengar.
Senja Menggambar Punggungmu di Jalan yang Sepi adalah potret kehidupan yang tidak selalu nyaring, tetapi terasa. Sebuah ruang sunyi yang justru penuh gema: tentang menjadi manusia, dengan segala kehilangan, perjuangan, dan cinta yang tak terucapkan.
Diskusi